Berita PSIS Semarang

lisensi

Jumat, 02 Desember 2016, Jumat, Desember 02, 2016 WIB
Last Updated 2016-12-02T03:07:23Z

Subangkit Teringat Semifinal Liga Indonesia 2006

Advertisement
1 Desember 2016 17:09 WIB Category: Liga IndonesiaSepak bola Komentar Dimatikan A+ / A-
Foto: suaramerdeka.com / Lanang Wibisono
Foto: suaramerdeka.com / Lanang Wibisono
SEMARANG, suaramerdeka.com - Terjawab sudah teka teki siapa pelatih PSIS musim kompetisi Divisi Utama tahun 2017. Pelatih berlisensi A AFC, Subangkit ditunjuk manajemen untuk menakhodai Mahesa Jenar yang memiliki target lolos ke ISL tahun depan. Direktur Utama PSIS Kairul Anwar mengatakan Subangkit dipilih lantaran punya karakter kuat dan pengalaman menangani tim-tim besar di sepak bola Indonesia.
“Subangkit punya visi dan misi yang kami nilai cocok untuk tim ini, sehingga kami memutuskan memilihnya, setelah melakukan inventarisir nama beberapa kandidat pelatih,” kata Kairul dalam jumpa pers di kantor sekertariat PSIS Semarang, Rabu (30/11).
Sementara itu Subangkit setiba di Semarang mengaku memiliki satu pengalaman yang hingga kini masih membekas di benaknya soal tim PSIS. Baginya, tim kebanggaan warga Kota Semarang ini merupakan tim besar dengan sejarah panjangnya. Menurut dia, PSIS seharusnya berada di level sepak bola tertinggi, bersaing dengan Persib, Persija, dan klub-klub besar lain.
Pria kelahiran Pasuruan, 29 November 1959 ini juga mengaku masih terngiang saat dirinya masih menangani Persekapas Pasuruan 2006 lalu. Terutama saat Persekapas bertemu di semifinal Liga Indonesia 2006 di Manahan, Solo.
Satu itu Persekabpas Pasuruan dikalahkan 0-1 oleh PSIS di Manahan. Gol tunggal dicetak oleh Imral Usman pada menit ke-10. “Dari pertemuan itu saya melihat bahwa PSIS adalah tim yang kuat,” katanya.
Ia mengungkapkan ada seorang mantan pemain PSIS yang membuatnya terkesan dalam laga semifinal tersebut. Sosok yang dimaksudkannya adalah Harry Salisbury. Menurutnya, bek sayap tersebut merupakan pemain yang berbahaya, terutama saat menjadi algojo bola mati.
“Tidak tinggi, tapi berbahaya. Terutama saat mengeksekusi bola mati. Saat semifinal waktu itu saya sudah wanti-wanti ke pemain, jangan membuat pelanggaran tak perlu di sekitar kotak penalti. Apalagi di lini depan PSIS juga memiliki materi bagus. Ternyata terbukti, gol tunggal yang tercipta berasal dari bola mati yang dieksekusi Harry Salisbury dan disambut Imral Usman dengan sundulan,” kenangnya.
Menghadapi kompetisi Divisi Utama bersama Mahesa Jenar, Subangkit ingin mengembalikan kejayaan tim ini di kancah sepak bola Indonesia. Target lolos ke ISL baginya bukan beban, melainkan suatu tantangan. “Saya memang suka melatih tim yang memiliki target. PSIS punya nama besar dan sejarah panjang di sepak bola nasional. Saya berharap bisa memenuhi apa yang jadi target manajemen untuk lolos ke ISL,” tandasnya.